Ngabdul Malik 
Tradisi Metet/ Srakalan Di Desa Murtirejo
Setiap Desa biasanya memiliki adat istiadat atau budaya turun temurun, tak terkecuali di Desa Murtirejo, dimana setiap ada kelahiran baru biasanya dalam 7 hari diadakan pemberian nama bayi, dan diadakan kegiatan yang familiar dengan nama Srakalan. Disebut srakalan karena dalam pembacaan sholawat Al barzanji ada kalimat asyroqol.
Sebelum diadakan kegiatan srakalan, biasanya pihak keluarga akan melakukan persiapan diantaranya menyiapkan menu makanan, yaitu nasi tampah, jenang abang, dan menu lainnya. Selain itu juga pihak keluarga meminta tolong kepada salah satu tetangga untuk door to door mengundang warga sekitar atau yang lebih dikenal dengan istilah ngatur-aturi.
setelah hari yang ditentukan tiba, maka biasanya dimulai dengan membaca surat alfatihah, dan kemudian dibacakan beberapa kalimat di dalam kitab al barzanji sampai dengan sholawat bersama. dan acara puncaknya adalah ketika mahalul qiyam atau shalawat sambil berdiri dan bayi di gendong sambil dibawa keliling di ruang tempat srakalan oleh salah satu keluarga (biasanya pakde atau mbah dari bayi tersebut) untuk dilakukan cukur rambut bayi sekaligus diberi nama. Yang diberi amanat memotong rambut biasanya adalah para tokoh dan sesepuh desa, semisal imam masjid/ musholla, kepala desa/perangkat desa, ketua RT/RW, dan orang atau tokoh yang dianggap sesepuh di desa.
Setelah acara potong rambut selesai maka dibacakan doa, kemudian ditutup dengan penyajian jenang abang untuk dinikmati bersama.
